Western Union berencana meluncurkan kartu prabayar stablecoin untuk negara-negara yang menghadapi inflasi

Western Union sedang membangun kartu prabayar berbasis stablecoin yang menargetkan negara-negara dengan tingkat inflasi tinggi.
Ringkasan

• Western Union sedang menciptakan kartu prabayar berbasis stablecoin untuk ekonomi dengan inflasi tinggi.
• Token USDPT di Solana akan diluncurkan pada 2026, terintegrasi dengan jaringan remitansi perusahaan.
• Kemitraan dengan Rain memungkinkan kartu stablecoin Visa dan konversi kripto-ke-tunai.

Raksasa transfer uang tersebut berencana menawarkan produk ini di pasar di mana depresiasi mata uang lokal menggerus daya beli, ungkap CFO Matthew Cagwin dalam konferensi UBS Global Technology and AI.

Cagwin menunjuk Argentina sebagai contoh utama, di mana inflasi melampaui 200% tahun lalu. Kartu denominasi dolar tersebut akan membantu mempertahankan nilai bagi penerima remitansi di ekonomi yang menghadapi devaluasi mata uang yang cepat.

Kemitraan Rain menghadirkan kartu stablecoin Visa

Western Union telah bermitra dengan Rain untuk menerbitkan kartu Visa yang terhubung dengan stablecoin. Kolaborasi ini memungkinkan pengguna mengonversi aset digital yang disimpan di dompet yang terhubung ke platform Rain menjadi uang tunai lokal di cabang Western Union.

Perusahaan sedang membangun on-ramp dan off-ramp dalam jaringan aset digitalnya untuk mengurangi ketergantungan pada sistem perbankan dan mempercepat penyelesaian dana. “Kami bekerja dengan beberapa penyedia untuk membangun infrastruktur ini,” ujar Cagwin.

Western Union berencana meluncurkan US Dollar Payment Token (USDPT) pada 2026, sebuah stablecoin yang diterbitkan oleh Anchorage Digital di jaringan Solana. Token ini akan terintegrasi dengan strategi aset digital perusahaan secara keseluruhan.

Kartu prabayar ini akan berfungsi sebagai jembatan antara stablecoin dan pengeluaran sehari-hari di ekonomi dengan inflasi tinggi.

Pengguna menerima remitansi yang dimuat ke kartu dalam denominasi dolar. Kartu tersebut dapat digunakan di merchant atau ditarik tunai di lokasi Western Union.

Perusahaan membalikkan skeptisisme kripto selama satu dekade

Selama bertahun-tahun Western Union mempertahankan sikap skeptis terhadap mata uang kripto. Pada 2017, Chief Technology Officer David Thompson mempertanyakan kelayakan Bitcoin sebagai mata uang, membandingkan kripto dengan komoditas alih-alih uang fungsional.

Perusahaan berpendapat bahwa aset digital kurang tata kelola, kepatuhan, dan stabilitas untuk adopsi arus utama.

Posisi ini berubah pada akhir 2025 setelah kerangka regulasi yang lebih jelas muncul. CEO Devin McGranahan mengatakan kehati-hatian historis berasal dari “kekhawatiran tentang volatilitas, ketidakpastian regulasi, dan perlindungan pelanggan.”

Berita stablecoin lainnya

Pakistan mengumumkan rencana untuk meluncurkan stablecoin pertamanya sebagai bagian dari upaya mengintegrasikan aset virtual ke dalam ekonomi.

Bilal Bin Saqib, ketua Pakistan Virtual Assets Regulatory Authority (PVARA), mengatakan pada Binance Blockchain Week di Dubai bahwa negara tersebut “pasti” akan meluncurkan stablecoin.

“Saya pikir ini adalah cara yang bagus untuk menjamin utang pemerintah,” kata Saqib. “Kami ingin berada di garis depan inovasi digital keuangan ini. Kenapa kita harus tertinggal padahal kita punya kekuatan dan adopsi?”

PVARA sedang mengerjakan Central Bank Digital Currencies bersamaan dengan pengembangan stablecoin. Saqib mengumumkan Strategic Bitcoin Reserve Pakistan awal tahun ini dan pemerintah mengalokasikan 2.000 megawatt listrik untuk penambangan Bitcoin dan pusat data AI pada bulan Mei.