Tahun ini pasar aset menunjukkan polaritas yang tajam: emas naik sebesar 69%, sementara kinerja Bitcoin tidak begitu memuaskan. Kuartal keempat mengalami penurunan besar sebesar 22,8%, dan kerugian tahunan mencapai 5%. Melihat angka-angka ini, banyak orang mulai khawatir apakah Bitcoin sudah memasuki masa sulit. Tapi kenyataannya mungkin tidak begitu suram.

Penurunan sebelum Natal ini, secara kasat mata terlihat sebagai "efek liburan", sebenarnya memiliki alasan lain. Melalui data aliran dana selama hampir tiga bulan terakhir, dapat dilihat bahwa dana institusional sudah mulai keluar secara teratur sejak pertengahan November. Hingga 20 Desember, posisi kepemilikan institusional telah menurun sebesar 18%. Inilah inti permasalahannya—pergerakan Bitcoin selalu dikendalikan oleh lembaga besar, sementara sentimen ritel hanya berperan sebagai pendorong. Ditambah lagi, libur Natal menyebabkan likuiditas pasar global secara signifikan menyusut, sehingga penjualan kecil pun dapat memicu reaksi berantai, yang menyebabkan penurunan sebesar 22,8%. Masalahnya bukan pada fundamental yang memburuk, melainkan efek gabungan dari dana dan likuiditas.

Berpindah ke peluang setelah libur, data pasar opsi patut diperhatikan. Dalam pertarungan antara bullish dan bearish, beberapa analis memprediksi kemungkinan terjadinya rebound besar setelah libur, tetapi di sini perlu ditegaskan satu prasyarat—yaitu kenaikan jangka pendek secara impulsif, bukan perubahan tren secara menyeluruh. Dari sisi data, pemain besar telah menggunakan risiko gamma sebesar 300 juta dolar AS untuk mengendalikan harga dalam kisaran 85.000 hingga 90.000 dolar AS. Setelah opsi liburan berakhir, "belenggu" ini akan dilepaskan, dan harga berpotensi menembus batas tersebut.