Melihat sebuah protokol DeFi, saya sekarang tidak lagi hanya bertanya "apa yang dilakukannya", melainkan lebih peduli pada satu pertanyaan—apakah cukup transparan, dapat diaudit, dapat direview, dan dipercaya dalam jangka panjang.

Ini mencerminkan sebuah perubahan yang jelas dalam ekosistem DeFi.

Dulu, siapa yang memiliki mekanisme lebih inovatif, cara bermain lebih cepat, dan hasil lebih tinggi, dia yang menang. Tapi sekarang berbeda—kompetisi beralih ke dimensi lain: siapa yang lebih mampu bertahan dari pengamatan audit.

**DeFi menyambut babak baru dalam perombakan, standar inti beralih dari "tingkat inovasi" ke "kemampuan diaudit"**

DeFi awalnya seperti pasar dalam masa eksplorasi, semua orang melihat mekanisme baru, cara bermain baru, hasil baru. Tapi ketika skala ekosistem membesar, partisipan menjadi lebih rasional, dan risiko benar-benar ada, muncul pertanyaan yang lebih mendasar:

Apakah sistem ini bisa dipahami orang lain? Bisa melacak aliran risiko? Jika terjadi masalah, dapatkah dipertanggungjawabkan?

Banyak protokol di sini mengalami jebakan. Mereka tidak selalu memiliki kode yang celah, tetapi desainnya sendiri menyimpan kotak hitam—Anda sama sekali tidak bisa menilai kondisi keamanan yang sebenarnya. Ketika pasar memasuki masa tenang, ketidaktransparanan ini secara instan menjadi luka fatal.

**Beberapa protokol melakukan hal yang berbeda.**

Yang paling menyentuh saya adalah: mereka tidak mendesain sistem sebagai "harus bergantung pada kepercayaan", melainkan menguraikan logika secara terbuka di tingkat struktur—agar siapa pun bisa melihat dengan jelas.

Kerangka jaminan agunan yang seragam berarti risiko selalu konsisten; lapisan perantara seperti USDf berarti setiap transaksi, setiap risiko yang ditanggung dapat dilacak; perencanaan hasil juga diatur secara interval.

Ini bukan sekadar gimmick, melainkan perbedaan filosofi dalam desain sistem.