Fork dalam sistem blockchain adalah fenomena jaringan yang terpisah menjadi cabang-cabang yang berbeda. Ketika sebuah fork terjadi, seluruh buku besar transaksi (transaction ledger) dapat berkembang dalam dua arah yang independen tergantung pada cara node memvalidasi data. Untuk memahami lebih jauh tentang mekanisme ini, perlu diketahui bahwa setiap node menyimpan salinan dari seluruh blockchain, dan mereka harus mematuhi seperangkat aturan yang sama untuk menjaga konsistensi jaringan.
Dua Jenis Fork Utama: Soft Fork dan Hard Fork
Soft fork adalah pembaruan protokol yang tetap mempertahankan kompatibilitas ke belakang. Ini berarti bahwa node yang tidak memperbarui ke versi baru masih dapat mengakui blockchain sebagai valid. Jenis fork ini biasanya digunakan untuk menambahkan fitur baru atau meningkatkan keamanan tanpa memaksa semua node untuk berubah secara bersamaan. Oleh karena itu, soft fork dianggap sebagai metode yang aman dan tidak mengganggu jaringan.
Hard fork beroperasi secara berbeda. Ini adalah perubahan protokol yang tidak kompatibel secara terbalik, yang berarti semua node harus diperbarui ke versi terbaru untuk terus beroperasi di jaringan. Jika beberapa node tidak memperbarui, mereka akan terputus dari jaringan utama. Jika komunitas tidak mencapai konsensus tentang aturan baru, blockchain dapat terpecah menjadi dua entitas independen, masing-masing berjalan dengan protokolnya sendiri dengan riwayat transaksi sendiri sejak titik pemisahan.
Peristiwa Hard Fork Dan Soft Fork Yang Menonjol
Pemisahan antara Ethereum dan Ethereum Classic adalah contoh klasik dari hard fork. Peristiwa ini terjadi ketika komunitas memiliki pendapat yang berbeda tentang apakah harus membalikkan transaksi setelah peretasan DAO atau tidak. Satu kelompok percaya bahwa intervensi diperlukan untuk melindungi pengguna, sementara kelompok lain percaya pada ketidakberubahan ledger. Akhirnya, dua jalur pengembangan yang berbeda tercipta, membentuk dua cryptocurrency yang terpisah.
Sebaliknya, integrasi SegWit Bitcoin pada bulan Agustus 2017 adalah contoh dari soft fork. Peningkatan ini memungkinkan peningkatan kapasitas transaksi dan memperbaiki keamanan tanpa mewajibkan semua node untuk segera memperbarui.
Dampak Fork Terhadap Sistem Blockchain
Fork dapat menyebabkan perubahan besar dalam ekosistem. Mereka tidak hanya dapat menghasilkan jenis cryptocurrency baru tetapi juga sangat mempengaruhi nilai token yang ada. Selain itu, fork memiliki potensi untuk mengubah struktur tata kelola jaringan, karena keputusan untuk fork sering kali mencerminkan ketidaksepakatan mendasar dalam komunitas tentang arah masa depan. Ketidakmampuan para pengembang, penambang, dan pengguna untuk mencapai kesepakatan tentang aturan baru dapat menyebabkan perpecahan tidak hanya secara teknis tetapi juga secara finansial dan sosial dalam komunitas blockchain.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Fork Apa Itu Dan Mengapa Itu Penting Untuk Blockchain?
Fork dalam sistem blockchain adalah fenomena jaringan yang terpisah menjadi cabang-cabang yang berbeda. Ketika sebuah fork terjadi, seluruh buku besar transaksi (transaction ledger) dapat berkembang dalam dua arah yang independen tergantung pada cara node memvalidasi data. Untuk memahami lebih jauh tentang mekanisme ini, perlu diketahui bahwa setiap node menyimpan salinan dari seluruh blockchain, dan mereka harus mematuhi seperangkat aturan yang sama untuk menjaga konsistensi jaringan.
Dua Jenis Fork Utama: Soft Fork dan Hard Fork
Soft fork adalah pembaruan protokol yang tetap mempertahankan kompatibilitas ke belakang. Ini berarti bahwa node yang tidak memperbarui ke versi baru masih dapat mengakui blockchain sebagai valid. Jenis fork ini biasanya digunakan untuk menambahkan fitur baru atau meningkatkan keamanan tanpa memaksa semua node untuk berubah secara bersamaan. Oleh karena itu, soft fork dianggap sebagai metode yang aman dan tidak mengganggu jaringan.
Hard fork beroperasi secara berbeda. Ini adalah perubahan protokol yang tidak kompatibel secara terbalik, yang berarti semua node harus diperbarui ke versi terbaru untuk terus beroperasi di jaringan. Jika beberapa node tidak memperbarui, mereka akan terputus dari jaringan utama. Jika komunitas tidak mencapai konsensus tentang aturan baru, blockchain dapat terpecah menjadi dua entitas independen, masing-masing berjalan dengan protokolnya sendiri dengan riwayat transaksi sendiri sejak titik pemisahan.
Peristiwa Hard Fork Dan Soft Fork Yang Menonjol
Pemisahan antara Ethereum dan Ethereum Classic adalah contoh klasik dari hard fork. Peristiwa ini terjadi ketika komunitas memiliki pendapat yang berbeda tentang apakah harus membalikkan transaksi setelah peretasan DAO atau tidak. Satu kelompok percaya bahwa intervensi diperlukan untuk melindungi pengguna, sementara kelompok lain percaya pada ketidakberubahan ledger. Akhirnya, dua jalur pengembangan yang berbeda tercipta, membentuk dua cryptocurrency yang terpisah.
Sebaliknya, integrasi SegWit Bitcoin pada bulan Agustus 2017 adalah contoh dari soft fork. Peningkatan ini memungkinkan peningkatan kapasitas transaksi dan memperbaiki keamanan tanpa mewajibkan semua node untuk segera memperbarui.
Dampak Fork Terhadap Sistem Blockchain
Fork dapat menyebabkan perubahan besar dalam ekosistem. Mereka tidak hanya dapat menghasilkan jenis cryptocurrency baru tetapi juga sangat mempengaruhi nilai token yang ada. Selain itu, fork memiliki potensi untuk mengubah struktur tata kelola jaringan, karena keputusan untuk fork sering kali mencerminkan ketidaksepakatan mendasar dalam komunitas tentang arah masa depan. Ketidakmampuan para pengembang, penambang, dan pengguna untuk mencapai kesepakatan tentang aturan baru dapat menyebabkan perpecahan tidak hanya secara teknis tetapi juga secara finansial dan sosial dalam komunitas blockchain.