Bagaimana kebijakan moneter ekspansif mempengaruhi pasar global

Dari Krisis Ekonomi ke Peran Stimulus Moneter

Selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020, sistem keuangan global menghadapi paralisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan kegiatan bisnis berhenti, jutaan orang kehilangan pekerjaan dan ekonomi terhenti total, otoritas moneter di seluruh planet terpaksa bertindak tegas. Federal Reserve di Amerika Serikat, Bank Sentral Eropa (BCE) di Eropa, dan lembaga serupa lainnya meluncurkan intervensi besar-besaran untuk memasukkan likuiditas ke dalam pasar. Pendekatan ini merupakan aplikasi praktis dari apa yang disebut oleh bankir sentral sebagai quantitative easing, atau lebih sederhana QE.

Apa itu quantitative easing: mekanisme dasar

QE adalah strategi kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral ketika metode tradisional tidak lagi cukup. Alih-alih menurunkan suku bunga (tindakan yang tidak dapat turun di bawah nol), bank sentral langsung terlibat di pasar keuangan dengan membeli aset dalam jumlah besar.

Bagaimana cara kerjanya dalam praktik? Bank sentral menghubungi lembaga keuangan dan bank komersial untuk mendapatkan berbagai aset: surat utang negara, obligasi yang dijamin dengan hipotek, atau instrumen keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas pembelian ini, mereka memasukkan jumlah uang tunai segar yang besar ke dalam sistem perbankan. Peningkatan basis moneter ini memungkinkan bank untuk memiliki lebih banyak sumber daya untuk dipinjamkan kepada perusahaan dan warga negara, sambil secara bersamaan mengurangi biaya pendanaan.

Mengapa bank sentral melakukan intervensi ini

Ekonomi mengalami masa-masa sulit, periode di mana ia kesulitan untuk maju. Dalam situasi ini, otoritas moneter berusaha untuk memberikan dorongan pada sistem. Ketika kredit terhambat dan investor merasa takut, QE berfungsi sebagai suntikan kepercayaan dan likuiditas ke dalam pasar. Ini memungkinkan perusahaan untuk membiayai proyek ekspansi, pemerintah untuk mendukung infrastruktur, dan keluarga untuk mengakses kredit dengan kondisi yang lebih menguntungkan.

Konsekuensi di pasar keuangan tradisional

Dampak QE terhadap pasar keuangan adalah mendalam dan bercabang. Pencetakan uang yang masif mengurangi suku bunga secara umum, membuat obligasi kurang menarik sementara mendorong para investor menuju alternatif dengan imbal hasil yang berpotensi lebih tinggi, seperti saham. Perusahaan, yang menemukan uang dengan biaya rendah, meningkatkan investasi dan laba, sehingga mendukung harga saham.

Secara bersamaan, ekspansi moneter cenderung melemahkan nilai mata uang nasional. Ini memiliki efek ambivalen: mendukung ekspor ke luar negeri, tetapi meningkatkan biaya impor dan meningkatkan tekanan inflasi domestik. Secara keseluruhan, QE sepenuhnya membentuk kembali arsitektur pasar keuangan, mempengaruhi harga aset, kondisi pendanaan, dan dinamika nilai tukar.

Efek terhadap mata uang digital

Hubungan antara QE dan pasar cryptocurrency menjadi topik perdebatan hangat di kalangan para ahli dan pelaku pasar. Sebagian komunitas keuangan berpendapat bahwa ketika pemerintah secara masif memperluas penawaran mata uang tradisional, aset seperti Bitcoin menjadi lebih menarik karena mereka mewakili cadangan nilai alternatif yang independen dari kebijakan moneter pusat.

Di sisi lain, beberapa analis percaya bahwa cryptocurrency bergerak menurut dinamika mereka sendiri, lebih dipengaruhi oleh teknologi dan adopsi daripada oleh intervensi bank sentral tradisional. Hubungan ini tetap kompleks dan memerlukan pengamatan empiris lebih lanjut.

Risiko intrinsik dari strategi ini

Meskipun QE dapat efektif dalam memberikan dukungan segera kepada ekonomi, ia membawa risiko yang signifikan. Yang pertama adalah inflasi: ketika terlalu banyak uang kertas beredar di dalam ekonomi nyata dengan penawaran barang dan jasa yang terbatas, harga pasti akan naik, menggerogoti daya beli.

Satu bahaya kedua adalah penciptaan gelembung spekulatif. Dengan uang yang melimpah dan suku bunga rendah, para investor dapat mengejar imbal hasil tinggi di sektor-sektor yang terlalu dihargai, dari saham hingga pasar real estat, yang menghasilkan ketidakstabilan keuangan.

Akhirnya, QE yang diperpanjang dapat mendistorsi alokasi sumber daya yang efisien, mendanai perusahaan yang tidak menguntungkan dan menunda penyesuaian struktural yang diperlukan bagi ekonomi.

Kesimpulan: alat yang kuat tetapi tidak tanpa biaya

Pelonggaran kuantitatif merupakan senjata yang sangat kuat di tangan otoritas moneter, terutama pada saat krisis. Ketika ekonomi terhenti dan sistem keuangan berisiko runtuh, seperti yang terjadi pada tahun 2020, QE telah terbukti mampu mengurangi kerusakan segera dan menstabilkan pasar.

Namun, memahami apa itu QE juga berarti mengakui trade-off yang menyertainya. Inflasi, gelembung keuangan, dan distorsi pasar adalah efek samping yang nyata dan berpotensi serius. Bagi para investor dan pelaku pasar, termasuk mereka yang mengikuti pasar kripto, QE tetap menjadi fenomena sentral yang membentuk perilaku harga, biaya uang, dan strategi alokasi aset secara global.

BTC-0.56%
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
  • Hadiah
  • Komentar
  • Posting ulang
  • Bagikan
Komentar
0/400
Tidak ada komentar
  • Sematkan
Perdagangkan Kripto Di Mana Saja Kapan Saja
qrCode
Pindai untuk mengunduh aplikasi Gate
Komunitas
Bahasa Indonesia
  • 简体中文
  • English
  • Tiếng Việt
  • 繁體中文
  • Español
  • Русский
  • Français (Afrique)
  • Português (Portugal)
  • Bahasa Indonesia
  • 日本語
  • بالعربية
  • Українська
  • Português (Brasil)