Depresiasi yen yang tiba-tiba dan volatilitas tajam pasar obligasi - sumber dari semua ini menunjukkan keputusan kenaikan suku bunga paling agresif dari Bank of Japan dalam 30 tahun.

Baru-baru ini, Bank of Japan mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga kebijakannya dari 0,5% menjadi 0,75%, tertinggi baru sejak 1995. Rencana awalnya standar - untuk menaikkan suku bunga untuk menstabilkan mata uang lokal. Tetapi reaksi pasar benar-benar berlawanan: yen tidak hanya tidak terapresiasi, tetapi terdepresiasi sebagai tanggapan, setelah jatuh di bawah angka 157.

Lebih dramatis lagi, gelombang kenaikan suku bunga ini memicu lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang Jepang. Imbal hasil obligasi Jepang 10 tahun melebihi 2%, mencapai level tertinggi sejak Agustus 1999. Apa artinya ini? Logika yang mendasari pasar keuangan tradisional bergetar.

Gubernur Bank Sentral Kazuo Ueda dengan blak-blakan mengatakan pada konferensi pers bahwa jika suku bunga tidak dinaikkan secara tegas sekarang, penyesuaian yang dipaksa untuk dilakukan di masa depan mungkin "sangat besar", yang merupakan dampak nyata. Di balik keputusan ini adalah tekanan target inflasi Jepang melebihi 2% selama 44 bulan berturut-turut, serta pilihan pasif di era divergensi kebijakan moneter global.

Tampaknya operasi kebijakan buku teks telah menciptakan efek pasar yang sama sekali berlawanan. Sama seperti roda gigi tatanan keuangan global dalam gesekan tajam, jendela peluang baru terbuka - narasi keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan stablecoin memanfaatkan gelombang ketidakpastian ini untuk mendapatkan lebih banyak perhatian. Kegagalan kebijakan bank sentral tradisional telah menjadi mesin baru untuk alokasi aset on-chain.