Ingin memahami mengapa ketika Bank of Japan menaikkan suku bunga, Bitcoin justru turun? Logika intinya sebenarnya sangat sederhana.
Selama bertahun-tahun, suku bunga Jepang sangat rendah, sehingga para investor global meminjam yen sebagai "pinjaman tanpa bunga," lalu menukarnya ke dolar AS untuk membeli saham AS, obligasi AS, dan juga BTC, aset dengan imbal hasil tinggi. Kunci dari strategi ini adalah—selama yen tetap memiliki suku bunga rendah, biaya pinjaman hampir nol, dan peluang arbitrase selalu ada.
Namun begitu Bank of Japan memutuskan untuk menaikkan suku bunga, aturan mainnya berubah. Biaya meminjam yen langsung naik, dan keuntungan dari transaksi arbitrase yang sebelumnya terlihat menguntungkan langsung menghilang. Lebih menyakitkan lagi, para investor untuk melunasi pinjaman yen atau sekadar menghindari kerugian lebih besar, akan menjual aset seperti BTC dan saham AS yang mereka miliki, lalu menukarnya kembali ke yen untuk membayar utang. Operasi ini menciptakan tekanan jual besar di pasar.
Dari data historis, pola ini sangat jelas— Setelah kenaikan suku bunga pada Maret 2024, Bitcoin turun sekitar 27% Pada Juli 2024, kenaikan suku bunga lagi, BTC turun sekitar 30% Pada Januari 2025, kenaikan suku bunga lagi, turun hampir 30% lagi
Sekarang, pada 19 Desember 2025, Bank of Japan mengumumkan kenaikan suku bunga menjadi 0,75%. Reaksi pasar terbagi. Suara pesimis mengatakan kenaikan suku bunga akan menyebabkan likuiditas global mengerut, tekanan untuk menutup posisi arbitrase akan terus berlanjut, bahkan ada yang khawatir Bank of Japan akan memulai siklus pengetatan baru, atau menjual besar-besaran ETF tahun depan, semua ini akan menekan likuiditas dalam jangka panjang.
Sederhananya: sinyal kenaikan suku bunga kali ini mungkin bukan hanya dampak jangka pendek, lebih banyak orang sedang memikirkan apakah Bank of Japan akan terus melakukan langkah serupa ke depannya.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Ingin memahami mengapa ketika Bank of Japan menaikkan suku bunga, Bitcoin justru turun? Logika intinya sebenarnya sangat sederhana.
Selama bertahun-tahun, suku bunga Jepang sangat rendah, sehingga para investor global meminjam yen sebagai "pinjaman tanpa bunga," lalu menukarnya ke dolar AS untuk membeli saham AS, obligasi AS, dan juga BTC, aset dengan imbal hasil tinggi. Kunci dari strategi ini adalah—selama yen tetap memiliki suku bunga rendah, biaya pinjaman hampir nol, dan peluang arbitrase selalu ada.
Namun begitu Bank of Japan memutuskan untuk menaikkan suku bunga, aturan mainnya berubah. Biaya meminjam yen langsung naik, dan keuntungan dari transaksi arbitrase yang sebelumnya terlihat menguntungkan langsung menghilang. Lebih menyakitkan lagi, para investor untuk melunasi pinjaman yen atau sekadar menghindari kerugian lebih besar, akan menjual aset seperti BTC dan saham AS yang mereka miliki, lalu menukarnya kembali ke yen untuk membayar utang. Operasi ini menciptakan tekanan jual besar di pasar.
Dari data historis, pola ini sangat jelas—
Setelah kenaikan suku bunga pada Maret 2024, Bitcoin turun sekitar 27%
Pada Juli 2024, kenaikan suku bunga lagi, BTC turun sekitar 30%
Pada Januari 2025, kenaikan suku bunga lagi, turun hampir 30% lagi
Sekarang, pada 19 Desember 2025, Bank of Japan mengumumkan kenaikan suku bunga menjadi 0,75%. Reaksi pasar terbagi. Suara pesimis mengatakan kenaikan suku bunga akan menyebabkan likuiditas global mengerut, tekanan untuk menutup posisi arbitrase akan terus berlanjut, bahkan ada yang khawatir Bank of Japan akan memulai siklus pengetatan baru, atau menjual besar-besaran ETF tahun depan, semua ini akan menekan likuiditas dalam jangka panjang.
Sederhananya: sinyal kenaikan suku bunga kali ini mungkin bukan hanya dampak jangka pendek, lebih banyak orang sedang memikirkan apakah Bank of Japan akan terus melakukan langkah serupa ke depannya.